fbpx

Order Now - Dedicated Server High Performance

Technology

Mengulik Kekurangan Teknologi Artificial Intelligence

Yanti puspita

Artificial intelligence atau kecerdasan buatan bukan sistem sempurna, sehingga bukan cuma menawarkan kelebihan namun juga kelemahan dari artificial intelligence ini. Teknologi ini memang bisa meniru fungsi kognitif manusia sehingga kecerdasan buatan akan selalu memiliki kemampuan menganalisis data dan mengambil keputusan layaknya manusia.

Asumsi bahwa kecerdasan buatan adalah teknologi yang sempurna adalah sebuah hal yang salah. Sama seperti halnya tak ada manusia yang sempurna, teknologi ini juga demikian adanya. Apa saja ya kekurangan dari teknologi ini? Yuk sobat Dewabiz simak lebih lanjut di bawah ini.

Daftar Kekurangan Teknologi Artificial intelligence

Segala sesuatu yang mempunyai kelebihan pastilah selalu mempunyai kekurangan, termasuk juga AI. Berikut adalah beberapa kelemahan dari artificial intelligence yang mungkin tidak kamu sadari.

Membutuhkan Biaya yang Tinggi

Untuk menciptakan teknologi berbasis sistem artificial intelligence ini, diperlukan dana yang tidak sedikit. Sebab, kecerdasan buatan selalu membutuhkan kompleksitas mesin yang tinggi. Mesin yang bergerak menggunakan sistem kecerdasan buatan selalu membutuhkan biaya pengembangan yang spesifik dan mahal.

Selain itu, pabrik juga membutuhkan sumber daya yang banyak sehingga proses pembuatannya memakan waktu yang lama. Proses ini membutuhkan ketelitian dari para ahli agar bisa di ciptakan kecerdasan buatan, dengan akurasi yang tepat.

Berdampak Pada Pengangguran

Meskipun artificial intelligence menghadirkan otomatisasi dan efisiensi, akan tetapi teknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai perubahan pekerjaan. Tugas-tugas tertentu yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini bisa dilakukan oleh sistem AI.

Tentunya ini dapat menyebabkan lonjakan pengangguran yang tinggi. Ketika artificial intelligence menggantikan sebagian besar tugas berulang dan pekerjaan lain dengan robot, maka intervensi ini akan menyebabkan masalah besar dalam standar ketenagakerjaan.

Setiap bidang profesi pasti ingin mengganti tenaga kerjanya dengan kualifikasi robot AI. Karena mereka berpikir AI bisa melakukan tugas yang sama dengan lebih efisien.

Risiko Keamanan dan Privasi

AI sangat bergantung pada data, dan pengumpulan serta penggunaan informasi pribadi. Ini tentu akan menimbulkan masalah keamanan dan privasi.

Sistem artificial intelligence memang di rancang dengan langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi data sensitif dari hal yang berbahaya. Akan tetapi tetap saja ada resiko tinggi yang harus tetap di waspadai.

Bias dan Ketidakakuratan

Salah satu kelemahan utama dari AI adalah potensi pengambilan keputusan yang bias. Karena sistem AI belajar dari data historis, mereka dapat membelokkan dan membiaskan data, sehingga menyebabkan hasil yang tidak akurat.

Jika datanya bias, maka AI juga akan bias. Kelompok tertentu mungkin menghadapi diskriminasi dan perlakuan tidak adil. Misalnya, jika algoritme AI di latih berdasarkan data dan bias terhadap kelompok ras tertentu, maka keputusan algoritme mungkin mencerminkan bias tersebut.

Selain itu, artificial intelligence tidak selalu akurat. ChatGPT misalnya, ChatGPT memberikan informasi kepada pengguna berdasarkan data dan informasi di internet. Tapi kamu juga pasti tahu kalau tidak semua informasi di internet itu benar.

Membuat KeMalasan Semakin Merajalela

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, manusia kini bisa menggunakan AI untuk membantu  melakukan sebagian besar pekerjaannya. Faktanya, di dunia akademis, AI bisa melakukan penelitian dan membantu menulis sebagian besar makalah.

Karena manusia bisa menggunakan AI untuk berpikir, maka keterampilan penting yang harus di miliki manusia seperti berpikir kritis, kreativitas, pemecahan masalah, pengambilan keputusan akan jarang di gunakan.

Tidak Kreatif

Apa yang di lakukan oleh artificial intelligence adalah tugas-tugas yang telah di lakukan atau di rencanakan oleh manusia. Jadi, jika suatu saat manusia membutuhkan perubahan atau inovasi besar, maka dia harus menata ulang semua mesin AI ini.

Semua ini karena bagaimanapun canggihnya teknologi ini, AI tetaplah bukan manusia yang bisa berpikir secara mandiri.

Tidak Bisa Meniru Manusia Sepenuhnya

Meskipun artificial intelligence bisa memproses data dalam jumlah besar dan melakukan penghitungan yang rumit, AI tidak memiliki penilaian, intuisi, dan kreativitas manusia.

Proses pengambilan keputusan tertentu memerlukan pemahaman kontekstual, kecerdasan emosional, dan penilaian etis yang sulit di tiru oleh AI. Sedangkan sentuhan kemanusiaan sangat penting dalam bidang-bidang seperti seni, dan inovasi.

Tidak Memiliki Etika

Segala pekerjaan yang di lakukan manusia tidak hanya memerlukan tenaga atau pikiran saja. Namun hubungan di lingkungan kerja akan selalu kokoh jika ada etika di dalamnya.

Hal ini menjadi suatu keunggulan bahwa hingga saat ini masih banyak perusahaan yang menggunakan manusia sebagai tenaga kerjanya. Mereka bisa melatih dan memberdayakan para karyawan tersebut untuk melayani dengan ramah, dan sopan.

Berbeda jika perusahaan sudah banyak menggunakan mesin artificial intelligence. Meskipun sistem ini bisa membantu pekerjaan di perusahaan menjadi lebih efektif. Namun tetap saja teknologi ini tidak mengandung emosi, perasaan, dan tentu  saja tidak memiliki etika.

Ketergantungan Pada Data

Performa AI sangat bergantung pada data yang di gunakan saat pembuatannya. Jika data yang di gunakan tidak representatif atau terkontaminasi bias, maka sistem AI bisa memberikan hasil yang tidak akurat atau tidak adil dalam penggunaannya.

Kekurangan yang di miliki AI ini lah yang menjadikan AI harus selalu di perbarui datanya agar tetap sesuai dan akurat. Jika tidak maka teknologi ini akan tertinggal sama seperti teknologi lainnya.

Keterbatasan Pemahaman Konteks

AI cenderung memiliki pemahaman yang terbatas dalam memahami konteks yang kompleks. Misalnya, dalam pemrosesan bahasa alami, AI mungkin tidak bisa memahami makna atau nuansa tersembunyi dalam percakapan layaknya manusia.

Potensi Penyalahgunaan yang Tinggi

Teknologi artificial intelligence juga bisa di salahgunakan, seperti di gunakan untuk mengumpulkan data pribadi dan informasi sensitif orang lain secara illegal. Selain itu, AI ini juga memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi.

Misalnya saja deepfake yang berpotensi menyebarkan informasi palsu dan memanipulasi opini publik. Seseorang bisa saja mengambil video dari seorang tokoh ternama dan mengeditnya untuk membuat tokoh tersebut mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia katakan.

Potensi Krisis Ekonomi

Industri keuangan merupakan salah satu sektor yang telah memasukkan teknologi AI di dalam sistemnya. Tidak hanya layanan pelanggan di sektor perbankan, artificial intelligence juga banyak digunakan di sektor investasi dan perdagangan.

Meski AI adalah memiliki emosional yang sama dengan manusia, namun penilaian nya juga hanya bisa berdasarkan data real-time tanpa mempertimbangkan konteks dan konsekuensi jangka panjang.

Akibatnya, keputusan dan transaksi penjualan dalam jumlah besar yang keliru bisa saja menyebabkan jatuhnya pasar saham. Jika ini terjadi, maka dunia akan berada dalam krisis ekonomi yang akan merugikan hampir seluruh penduduknya. Mengerikan sekali kan?

Kesimpulan

Kekurangan artificial intelligence bisa terlihat dari banyaknya input yang di masukkan programmer ke dalam mesin nya. Meski bisa lebih cepat dan tanpa penundaan, mesin yang menggunakan sistem artificial intelligence tidak memiliki Common Sense.

Dimana teknologi ini tidak memiliki kemampuan memahami informasi. Selain itu bagian yang belum pernah tergantikan oleh teknologi artificial intelligence dari manusia adalah sistem artificial intelligence yang tidak memiliki emosi.

Tentunya hal ini menjadikan artificial intelligence tidak memahami etos kerja dan kurang kreatif.  Setelah mengetahui beberapa kekurangan artificial intelligence yang telah di bahas di atas, kini kamu sudah tahu bukan bahwa peribahasa “tak ada gading yang tak retak” itu benar adanya? Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!

Baca Juga