Dalam dunia jaringan komputer, terutama saat menghubungkan dua lokasi berbeda melalui internet secara aman dan efisien, penggunaan tunnel menjadi solusi umum. Mikrotik sebagai salah satu perangkat jaringan yang populer, menyediakan berbagai metode tunneling seperti IPIP, GRE, EoIP, dan SSTP. Namun, terlepas dari jenis tunnelnya, aspek penting yang harus dipahami adalah bagaimana routing dilakukan di dalam tunnel tersebut apakah menggunakan static routing atau dynamic routing.
Artikel ini akan membahas perbedaan mendasar antara static dan dynamic routing dalam konteks penggunaan tunnel di Mikrotik, kelebihan dan kekurangannya, serta skenario penggunaan terbaik masing-masing.
Apa itu Tunnel di Mikrotik?
Tunnel adalah metode encapsulasi paket jaringan untuk memungkinkan komunikasi antar jaringan yang tidak langsung terhubung secara fisik. Mikrotik mendukung berbagai jenis tunnel seperti:
- IPIP: Tunnel berbasis IP sederhana.
- GRE: Lebih fleksibel, bisa membawa berbagai protokol layer 3.
- EoIP: Digunakan untuk menjembatani jaringan layer 2 antar lokasi.
- SSTP / L2TP / PPTP: Tunnel berbasis VPN, cocok untuk akses remote yang aman.
Tunnel sangat penting dalam implementasi jaringan antar cabang (site-to-site), backbone antar data center, atau penghubung antar router dengan topologi yang kompleks.
Static Routing di Tunnel
Pengertian
Static routing adalah metode penentuan jalur data secara manual oleh administrator jaringan. Di Mikrotik, static route dibuat dengan menentukan IP tujuan, gateway (biasanya IP di ujung tunnel), dan metric jika diperlukan.
Kelebihan
- Kontrol penuh: Administrator tahu persis ke mana data akan diarahkan.
- Stabil: Tidak terpengaruh oleh fluktuasi jaringan seperti dynamic routing.
- Lebih ringan: Tidak membebani CPU karena tidak perlu pertukaran informasi routing.
Kekurangan
- Tidak otomatis: Perubahan topologi atau down-nya jalur harus diatasi secara manual.
- Tidak skalabel: Menjadi sulit dikelola pada jaringan besar dengan banyak subnet dan site.
- Rentan terhadap kesalahan konfigurasi: Salah memasukkan IP atau netmask bisa membuat jalur tidak berfungsi.
Skenario Ideal
- Jaringan kecil atau sederhana.
- Tunnel antar dua lokasi tetap yang jarang berubah.
- Tidak ada kebutuhan failover otomatis.
Dynamic Routing di Tunnel
Pengertian
Dynamic routing menggunakan protokol seperti OSPF, BGP, atau RIP untuk secara otomatis mendistribusikan dan meng-update tabel routing antar router. Dalam konteks Mikrotik, OSPF adalah pilihan populer untuk jaringan internal, sementara BGP banyak digunakan antar ISP atau organisasi besar.
Kelebihan
- Adaptif: Secara otomatis menyesuaikan jika ada jalur yang down.
- Efisien dalam skala besar: Mengelola ratusan hingga ribuan subnet lebih mudah.
- Mendukung failover dan load balancing: Dynamic routing dapat mendistribusikan trafik dan mengalihkan jalur tanpa intervensi manual.
Kekurangan
- Lebih kompleks: Konfigurasi awal lebih rumit.
- Beban CPU: Protokol dynamic routing seperti OSPF memerlukan proses background yang terus berjalan.
- Rentan terhadap misconfiguration: Salah pengaturan bisa menyebabkan routing loop atau kebocoran informasi.
Skenario Ideal
- Jaringan berskala menengah hingga besar.
- Tunnel antar banyak lokasi dengan topologi mesh atau hub-spoke.
- Diperlukan redundansi, failover, atau perubahan jalur dinamis.
Studi Kasus: Menghubungkan Kantor Pusat dan 3 Cabang
Bayangkan sebuah perusahaan dengan kantor pusat dan tiga kantor cabang. Mereka ingin menggunakan tunnel Mikrotik untuk menghubungkan keempat lokasi.
Pilihan 1: Static Routing
- Masing-masing cabang memiliki 1 tunnel ke pusat.
- Routing statis dikonfigurasi secara manual untuk setiap subnet.
Hasil: Bekerja dengan baik, tetapi jika salah satu tunnel down, tidak ada failover otomatis. Penambahan cabang baru memerlukan konfigurasi manual di semua router.
Pilihan 2: Dynamic Routing (OSPF)
- Semua router menjalankan OSPF dan saling berbagi informasi routing.
- Jika salah satu link down, trafik otomatis diarahkan melalui jalur lain jika tersedia.
Hasil: Lebih fleksibel dan scalable. Cocok jika perusahaan berencana menambah cabang baru atau mengimplementasikan dual-homed network.
Kesimpulan
Pemilihan antara static dan dynamic routing dalam konfigurasi tunnel Mikrotik harus disesuaikan dengan kebutuhan, skala, dan kemampuan teknis tim jaringan. Static routing cocok untuk jaringan kecil dan stabil, sementara dynamic routing unggul dalam fleksibilitas dan skalabilitas pada jaringan besar. Dalam banyak kasus, kombinasi keduanya juga dimungkinkan misalnya menggunakan static routing untuk tunnel, dan dynamic routing untuk mendistribusikan rute internal antar router.
Penting bagi administrator jaringan untuk memahami implikasi masing-masing metode routing agar dapat membangun infrastruktur yang handal, efisien, dan mudah dikelola di masa depan.